Bijak Menyikapi Arus Informasi Hoax dan Ujaran Kebencian



Kota Tangerang - 'Agar para pengurus Majelis Ulama Indonesia Kota Tangerang tidak terjerat dalam hukum karena salah dalam menggunakan Medsos' hal tersebut terkuak saat Komisi Infomasi dan Komunikasi (Infokom) Majelis Ulama Indonesia, menggelar dialog interaktif yang bertajuk "Bijak Menyikapi Arus Informasi Hoax dan Ujaran Kebencian,  bertempat di Aula  Gedung MUI Kota Tangerang lantai II,  Rabu,  30 Oktober 2019. 

Dialog yang diikuti oleh Pengurus MUI kecamatan se Kota Tangerang,  KUA, dan Komisi yang ada di MUI serta Dinas Kominfo, dengan menghadirkan Narasumber yang kompeten dibidangnya,  yaitu Prof.Dr Ibnu Hamad, (wakil ketua Komisi Infokom MUI Pusat),  dan Mohamad Nashih Nasrullah LC,  MA (Sekretaris Pokja Media Watch Komisi Infokom MUI).

Ketua Komisi Infokom Kota Tangerang,  Drs H Ahmad Mier Syafi'i, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan diadakan dialog ini berharap para peserta yang ikut dalam dialog ini menjadi kepanjangan tangan dari MUI supaya dapat menyampaikan kepada masyarakat, agar bijak dalam ber Medsos hingga tidak terjerat dalam hukum karena salah dalam menggunakannya.

Ketua Majelis Ulama Kota Tangerang,  KH Edi Junaedi,  dalam arahannya meyampaikan bahwa "Kita tidak cukup untuk pintar saja, tahu yang baik dan yang buruk, akan tetapi kita harus mau melaksanakan/melakukan yang baik dan mana yang buruk itu namanya ikhtiar.

Menurutnya,  ikhtiar di lapangan tidak semudah dilakukan seperti yang dikatakan. Bila ikhtiar sudah mentok,  pada akhirnya kita serahkan kepada Allah SWT



Ibnu Hamad, yang juga seorang guru besar Fisip UI,  dalam paparannya menyampaikan bahwa bukan hanya Hoax, tetapi ada pula Post Truth dan Post Fact. Ketiganya termasuk fake news alias berita bohong. Ketiganya banyak dipraktikkan terutama oleh para pihak yang terlibat dengan perebutan pengaruh baik ekonomi maupun politik 
Ketiganya dilakukan melalui pembuatan wacana yang dengan sengaja mengabaikan fakta obyektif; tetapi mengedepankan emosi.

Menurutnya,  bahwa proses pembuatan dan wujud Fake News adalah dari perspektif wacana (Discourse dengan D) fake news mewujud dalam bentuk text,  talk,  act dan artefact. 
Seperti pembuatan fact news, pembuatan fake news dilakukan melalui suatu proses yang disebut dengan Konstruksi Realitas.

Selanjutnya,  Discourse (D besar) adalah narasi yang merangkaikan unsur linguistik pada "discourse" (dengan d kecil) bersama-sama dengan unsur-unsur non linguistik (non-language "stuff") untuk memerankan kegiatan,  pandangan dan identitas. 
Bentuk non-language "stuff" ini dapat berupa kepentingan idiologi,  politik,  ekonomi dan sebagainya. 
Komponen non-language "stuff" itu juga yang membedakan cara beraksi,  berinteraksi,  berperasaan,  kepercayaan, pemilaian satu komunikator dari komunikator laninnya dalam mengenali atau mengakui diri sendiri dan orang lain. (James Paul Gee,  2005:26)

Kemudian katanya bahwa Hoax dan kawan-kawan membawa korban. 
Pertama korban personal: yaitu orang yang jadi sasaran hoax terkena fitnah.,  kedua korban sosial: bahwa kehormatan orang/pihak yang menjadi sasaran hoax di tengah masyarakat mrngalami degradasi. Ketiga korban profesional : Bahwa perjalanan karir orang yang jadi sasaran hoax menjadi terhambat dan keempat korban yuridis formal : bahwa pelaku dan pendukung hoax bida dihukum penjara. 

Untuk itu,  ia memberi setrategi bagaimana mengatasi hoax dan kawan-kawan yaitu pertama : kita dapat berperan aktif mengatasi hoax baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen infirmasi,  kemudian sebagai konsumen informasi,  kita bisa menekan mata rantai penyebar-luasan hoax  dan sebagai produsen informasi,  kita bisa membuat pesan non-Hoax termasuk untuk meng-counter Hoax. 

Narasumber lain,  Nashih Nasrullah yang juga sebagai Redaktur Harian Republika,  memaparkan "Muslim Smart di Zaman Now" menyampaikan jadikan Medsos itu sebagai penunjang karier (profesi,  relasi kerja,  rekruitmen HRD dan lain-lain) , dan hiburan karena murah,  lebih variatif dan bisa untuk Curhat. 

Kemudian katanya bahwa Medsos bisa sebagai wadah sosialisasi yang tanpa batas,  juga bisa Update Informasi tercepat dan real time. 

Selanjutnya bagaimana seorang muslim seharusnya menggunakan Medsos? 
Menurutnya bahwa pertama dengan membangun kesadaran siapa sssungguhnya kita.  Kedua memahami dosa tak terbatas (never ending sins)  di Medsos,  seperti ghibah,  fitnah dan ujaran kebencian.  Ketiga memahami setiap pikiran dan kata adalah kekuatan dan energy (positif/ negatif). Keempat adalah mematuhi adab komunikasi dan menyebar berita.


Menggunakan Medsos bisa. Menguntungkan juga bisa merugikan,  itu tergantung bagaimana kita bijak dalam.menggunakan Medsos. 

Ada orang-orang yang sukses karier melalui. Medsos seperti: Pertama sebagai Vlogger : Arief Muhammad (pocong),  Ria Ricis,  Gen Halilintar (Atta Saaih), Gita Savitri (gitasav), Hanan Attaqi dan lain-lain.  Blogger : banyak sekali blogger yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.  Ketiga Smuler : mereka penyanyi-penyanyi baru terutama jenis dangdut remix. 

Penutup mari kita bijak dalam.menggunakan Medsos, baik FB,  Instagram,  blog/web, path, pinterest dan lain-lain. 
"Jadikan Medsos sebagai media yang dapat menguntungkan bukan yang malah merugikan kita"

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bijak Menyikapi Arus Informasi Hoax dan Ujaran Kebencian"

Post a Comment