Sekitar 130 hektar lahan pertanian yang ditanami padi di Desa Lembang Sari dan Ranca Bango Kecamatan Rajeg sudah yang mulai menguning terancam gagal panen, karena tanahnya retak-retak kurang air.
“Sawah di wilayah kami ada sekitar 100 hektar yang gagal panen akibat kekeringan di musim kemarau ini. Kondisi ini membuat petani rugi hingga puluhan juta rupiah,” ujar Petani Desa Lembang Sari Suhandi, sambil menunjukkan kondisi sawah yang gagal panen, Minggu (9/8).
Suhandi menambahkan, sudah hampir empat bulan terakhir para petani hanya mengandalkan air sisa yang ada di sungai. Namun, musim kemarau panjang ini membuat petani tida bisa berbuat banyak dan hanya pasrah melihat tanaman padinya yang mati, serta menjadi makanan kambing.
Tepisah, Ketua Kelompok Tani Harapan Desa Ranca Bango Dulrahman mengatakan, dari 100 hektar lahan pertanian di desa ini sebanyak 30 hektar sudah gagal panen sedangkan sisanya 70 hektar terancam gagal panen. Hal ini disebabkan karena banyak faktor, yakni musim kemarau yang berkepanjangan dan tidak berfungsinya pintu air kemar di Desa Tanjakan yang mulai bocor dan rusak.
“Saya berharap pintu air kemar yang ada di Desa Tanjakan segera diperbaiki. Walaupun sedikit airnya sangat dibutuhkan para petani karena itu menjadi andalan petani di musim kemarau seperti ini,” ujarnya saat ditemui di rumahnya.
Dulrahman mengaku sudah pernah mengajukan perbaikan pintu air tersebut ke pihak PU Kabupaten Tangerang,namun tidak ditanggapi dan hanya disuruh ke Pemerintah Provinsi Banten. “Saya sudah pernah minta perbaikan ke pihak PU Kabupaten Tangerang, namun disuruh ke provinsi,” tandasnya.
Kapala Desa Ranca Bongo Bahri Soheri menambahkan, memang banyak sawah warganya yang terancam gagal panen. Ia berharap para petani tidak memaksakan diri untuk terus menanam padi, jika musim kemarau masih pajang. “Petani di sini rata-rata hanya mengandalkan aliran air sungai dan air hujan,” ungkapnya.
Bahri mengaku petani di desa nya rata-rata hanya pengarap sawah milik juragan padi, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat tanaman padinya menguning. “Kalau hanya buruh tani untuk mengeluarkan biaya pengeboran sumur guna mengaliri air ke sawah tidak cukup dan pasti akan rugi,” katanya.
Sementara itu, Camat Rajeg Supriyadinata mengatakan, sampai saat ini memang wilayah persawahan di Kecamatan Rajeg mengalami kekeringan. Namun dirinya belum bisa menyebutkan berapa hektar sawah yang sudah gagal panen atau terancam gagal panen.
“Saya belum tahu berapa hektar sawah yang terancam gagal panen, namun hampir semuanya mengalami kekeringan. Saya harap petani bersabar dalam menghadapi musim kemarau panjang ini,” pungkasnya.
0 Response to "Kekeringan, 130 Hektar Padi Di Rajeg Terancam Gagal Panen"
Post a Comment