Optimalkan Produksi Kakao Menjadi Komoditas Unggulan




Pemprov Banten melalui Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Provinsi Banten bakal mengoptimalkan produksi kakao (coklat) yang ada di Banten. Apalagi, Kakao adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan nasional yang banyak dikembangkan oleh para pekebun di Provinsi Banten.

Kepala Dishutbun Provinsi Banten Maesyaroh Mawardi menyebutkan, berdasarkan Angka Tetap (ATAP) 2014 luas perkebunan di Provinsi Banten ada 165.040,18 Ha yang terdiri atas Perkebunan Rakyat (PR) seluas 143.123,30 Ha, Perkebunan Negara (PTPN) seluas 9.657,71 Ha dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas 12.259,17 Ha di mana luas perkebunan kakao 8.162,31 Ha, tersebar di empat kabupaten/kota yaitu Kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang dan Kota Serang. Sebagian besar perkebunan kakao dikelola oleh rakyat seluas 7.139,31 Ha atau 87,47 persen dan 12,53 persen atau seluas 1.023 Ha dikelola oleh perkebunan besar swasta yang ada di Kabupaten Lebak. Produktivitas lahan sebesar 728,06 kg/ha masih di bawah rata-rata produktivitas nasional sebesar 1.350 kg/ha.

“Sejauh ini Pemprov Banten telah mengembangkan potensi perkebunan kakao sejak tahun 2011. Namun sayangnya, masih ada permasalahan sehingga produksi kakao di Provinsi Banten tidak optimal. Beberapa kendala diantaranya adalah, kakao masih dianggap perkebunan sampingan. Selain itu, para petani kakao belum optimal dalam pemanfaatan teknologi tumbuhan kakao yang dianjurkan seperti pemupukan, mengatasi penyakit tumbuhan, dan masalah permodalan,” katanya dalam acara pembinaan lembaga masyarakat desa Hutan (LMDH), pelaku usaha kakao, peningkatan peran wanita menuju keluarga sehat dan sejahtera (P2WKS) di Provinsi Banten, di Anyer, Kabupaten Serang, baru-baru ini. 

Maesyaroh menerangkan, pasar yang terbuka luas disebabkan kakao mudah diolah untuk menjadi makanan dan minuman yang disukai masyarakat untuk semua kalangan. Dalam rangka pengembangan kakao secara ekonomis, Dishutbun Provinsi Banten memiliki program Pembangunan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas di wilayah potensial. Pembangunan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas bertujuan untuk memadukan serangkaian program dan kegiatan perkebunan untuk menjadi suatu kesatuan yang utuh baik dalam perspektif sistem maupun kewilayahan, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas, wilayah serta pada akhirnya kesejahteraan petani akan meningkat dan berkembangnya ekonomi wilayah. Melalui program pengembangan perkebunan diharapkan pula peningkatan dari peran wanita dalam menanggulangi kemiskinan melalui keterlibatan mereka dalam mengolah dan memasarkan hasil perkebunan.

“Selain itu kita juga turut serta pula pada program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) melalui kegiatan pengembangan tanaman perkebunan khususnya untuk pemanfaatan lahan pekarangan di delapan kabupaten/kota se-Provinsi Banten,” katanya.

Direktur Pengembangan Perkebunan Kementerian Pertanian RI Dudi Gunadi mengatakan, jika melihat potensi agroekosistem dan tanah yang cukup baik, Banten sangat memungkinkan dikembangkan komoditas kakao yang lebih luas. Selain itu, Banten juga memiliki peluang dalam mengembangkan jasa perkebunan, artinya produk-produk hilir perkebunan.

“Banten dekat dengan Jakarta, Banten punya bandara, dan dekat dengan pelabuhan Tanjung Priuk, ini tentunya potensi yang bagus jika dikembangkan ” ujarnya.

Sementara itu Asda III Setda Provinsi Banten Eneng Nurcahyati mengatakan, keberadaan Kampung Kakao di Desa Sindang Karya Kecamatan Anyer Kabupaten Serang yang dikelola Gapoktan Angsana Jaya merupakan model pembinaan dengan konsep keterpaduan hulu dan hilir didukung dengan penguatan kelembagaan, pengolahan lahan yang baik dan pemasaran hasil. Sejauh ini Gapoktan tersebut sudah bermitra dengan PT Bumi Tangerang Mesindotama.

“Saya bangga dan memberikan apresiasi kepada gapoktang Angsana jaya yang telah berhail memproduksi olahan cokelat dengan kualitas dan asa yang tidak kalah dengan olahan cokelat skala industry,” kata Eneng yang menyampaikan sambutan Gubernur Banten Rano Karno.

Eneng mengatakan, pihaknya berharap agar Kampung Kakao ini dapat dijadikan model pembinaan dengan konsep keterpaduan kegiatan hulu dan hilir sekaligus dapat dikembangkan menjadi agrowisata.

“Untuk saya meminta kepada Dishutbun Banten dapat membina para petani kakao untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kebunnya. Sehingga dapat memenuhi standar mutu yang berlaku,” katanya.

Sementara itu Ketua TP PKK Provinsi Banten Dewi Indriati Rano mengatakan, bantuan diberikan berdasarkan beberapa golongan, seperti untuk kelompok tani diberikan bantuan benih porang, bibit kapulaga, pupuk kompos dan pupuk NPK, autoclave dan alat-alat laboraturium. “Untuk bantuan berupa uang kami berikan kepada empat yayasan dengan total nilai Rp20 juta, dan tiga kelompok usaha produktif (KUP) senilai Rp45 juta,” kata Dewi.

Diterangkan Dewi untuk sebelas kelompok tani diberikan pula bibit kakao dengan jumalh berfariasi juga insektisida, fungisida, dan pupuk NPK serta gunting pangkas. 

“Kalau untuk tim penggerak PKK dari delapan kabupaten/kota yang merupakan bagian dari program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehart dan sejahtera kami berikan bantuan berupa bibit sukun, mangga, durian dan rambutan dengan jumpalh masing-masing 20 batang,” ujarnya.


Dewi berharap khususnya untuk para kelompok tani yang diberikan bibit kakao dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
  • Ateng sanusih

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Optimalkan Produksi Kakao Menjadi Komoditas Unggulan"

Post a Comment