Ratusan gerobak sapi
berderet di sepanjang Jalan Kaliurang. Suara lonceng yang menggantung di leher
hewan berkaki empat itu cukup menarik perhatian. Banyak orang yang akhirnya
mengantri di pinggir jalan untuk melihat gerak kendali para bajingan. Begitulah
para sopir gerobak sapi disebut.
Selama
satu setengah jam gerobak sapi mengelilingi Desa Sardonoharjo dan
Harjobinangun, Kecamatan Ngaklik. Setidaknya jalur 10 km telah mereka tempuh
dalam festival gerobak sapi tahunan ini. Ketua Panitia Festival Gerobak Sapi,
Budi Priono menuturkan, para peserta kegiatan Agustusan ini berasal dari
Sleman, Bantul, dan Klaten.
"Acara
ini memang rutin kami gelar setiap Agustus. Ini sudah yang kedelapan
kalinya," ujar Budi saat ditemui di tempat pusat kegiatan, Lapangan Candi
Ngaklik, Ahad (23/8). Menurutnya ada lebih dari 120 gerobak yang ikut dalam
agenda milik paguyuban gerobak sapi ini. Rata-rata satu gerobak ditarik oleh
dua sapi.
Budi
mengemukakan, selain untuk memperingati kemerdekaan, acara tersebut diadakan
untuk mempererat silaturahim di antara para bajingan. Juga sebagai ajang
pengenalan bagi masyarakat bahwa sapi memiliki fungsi lain sebagai hewan
angkut. Hal ini tentunya merupakan bagian dari kebudayaan yang harus
dilestarikan.
"Jadi
selain untuk dimakan, sapi punya peranan kesenian," kata Budi. Kekayaan
lokal ini tentunya harus dikenalkan pada anak-anak yang sudah jarang melihat
gerobak sapi. Meskipun saat ini sapi sangat mahal, satu ekornya mencapai harga
Rp 50 sampai Rp 70 juta.
Di Sleman
sendiri ada tiga paguyuban gerobak sapi. Antara lain, Pangerso Andini Karyo,
Majarti Roso Manunggal, dan Manunggal Roso. Masing-masing kelompok paguyuban
terdiri dari 60 bajingan. Budi mengatakan, kebutuhan gerobak sapi untuk
keperluan pariwisata di Sleman cukup tinggi. "Setiap bulan pasti ada saja
yang menyewa gerobak sapi. Dalam satu kegiatan biasanya ada 20 gerobak yang
disewa," paparnya.
Gerobak
sendiri biasa disewa untuk acara-acara reuni perguruan tinggi, kegiatan desa
wisata, atau kegiatan kebudayaan lainnya. Adapun sapi yang digunakan adalah
sapi putih peranakan lokal. Festival ini juga dimeriahkan dengan lomba
menggiring roda gerobak sapi di Lapangan Candi Ngaglik. Pesertanya adalah para
bajingan dan masyarakat umum. "Dipilih lomba ini supaya masyarakat tahu
bagaimana beratnya roda gerobak sapi," ucap Budi.
Penonton
festival pun turut terhibur. Seperti Angga Purnama (26), ia mengakui acara
semacam ini sangat menyengangkan untuk ditonton. Selain karena sudah jarang,
kegiatannya memang unik. "Ya bagus acaranya. Kita bisa tahu ternyata ada
angkutan tradisional seperti ini," tutur pengunjung asal Klaten itu.
Acara
Festival kemudian dilanjutkan dengan pengundian doorprize bagi para peserta.
Hadiah yang diberikan pun cukup unik, seperti domba, merpati, dan bibit jahe.
Namun yang paling menarik adalah doorprize utama berupa satu ekor sapi
0 Response to "Para "Bajingan" Sukseskan Festifal Gerobak Sapi Di Kaliurang "
Post a Comment