Kualitas hidup, dan kelayakan huni (livability) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, semakin hari kian menurun. Hal ini ditandai dengan semakin menyusutnya ruang terbuka hijau (RTH) akibat konversi besar-besaran menjadi bangunan beton, waktu tempuh perjalanan kian lama karena kemacetan tak terkendali, dan terputusnya konektivitas dengan wilayah lain. Ini di perparah dengan menjamurnya fasilitas gaya hidup konsumtif macam pusat belanja yang tumbuh dimana-mana dan lambannya perbaikan infrastruktur dasar macam jalan dan drainase yang terkesan dilakukan tambal sulam, semakin mentasbihkan Tangsel sebagai kota yang tidak layak huni bagi warganya. Hal ini disampaikan oleh aktifis lingkungan, Ahmad Sulthoni di BSD City, Selasa (4/8) .
"Taman-taman itu telah berubah menjadi ruko, rumah, bahkan perkantoran. Hak kami sebagai warga untuk menikmati kehijauan alam diperkosa oleh pemerintah kota yang tidak becus menata kotanya dengan baik," katanya
Menurutnya, pengelolaan tata ruang yang dibuat oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan belum mencerminkan keperpihakan terciptanya kondisi yang nyaman dan aman bagi warganya. Walikota dan pemkot Tangsel terjebak pada strategi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan melupakan hak-hak publik untuk mendapatkan kenyamanan wargaya untuk menghirup udara segar
" Sepuluh tahun yang lalu, warga Tangsel masih bisa menghirup udara segar dan menikmati hijaunya taman di setiap sudut kota, tapi kini hanya menghadirkan hawa panas dan kegersangan " tegasnya.
" Janji paslon yang tertuang dalam Visi - Misi, akan menjadi Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) dan dituangkan dalam Rencana Kegiatan Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya. " pungkasnya
0 Response to "Tangsel Gagal Hadirkan Kenyamanan Bagi Warganya"
Post a Comment