ICMI Bentengi Generasi Muda dari Bahaya Komunis


KOTA TANGERANG - Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia Organisasi Daerah (ICMI Orda)  Kota Tangerang sangat responsif terhadap perkembangan generasi muda dari bahaya komunisme.
Ketua ICMI Orda Kota Tangerang, A Jazuli Abdillah menegaskan hal tersebut dalam sambutan pada halaqoh kebangsaan yang bertemakan Mempertegas Peran Generasi Muda dalam Menangkal Komunisme Gaya Baru yang bekerja sama dengan Yayasan Abdi Bangsa di Cipondoh, Senin 30 Mei 2016. Pada acara tersebut tampil yang menjadi nara sumber KH Amin Munawar, KH Ahmad Ali MD MA, Arry Patriasurya MKom dan moderator Gerry Febrian ST MPhil.
Dikatakan Jazuli, ICMI merasa perlu memperkenalkan bahaya latin komunis yang tidak dalam bentuk dokrin-doktrin seperti di sekolah, tapi lebih memberi pemahaman yang komprehensif dimulai dari sejarah maupun praktek-praktek nilai di era sekarang.
Lebih lanjut Jazuli mengatakan ICMI akan terus hadir dan bersinergi dengan berbagai pihak terutama pemerintah dan instansi manapun dalam rangka penguatan institusi agama dan kemasyarakatan serta pengembangan potensi masyarakat di kota Tangerang.
Sementara itu Arry Patriasurya MKom dalam paparannya menyebutkan komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis.
“Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut go international,” jelasnya.
Dijelaskannya, komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yang bertugas  membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah yang bertentangan dengan demokrasi.
Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM.
Komunisme sangat tidak sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sangat mengakui adanya Tuhan, masyarakat Indonesia sangat menghormati HAM, sangat menjunjung tinggi budaya gotong royong, serta banyak keyakinan agama dan budaya sebagai warisan dari para leluhur, yang sangat majemuk.
KH Ahmad Ali MD dalam kesempatan tersebut menjelaskan, komunisme dipandang dari sudut Islam berdasarkan kaidah fiqih lebih banyak mudhorotnya daripada manfaatnya. Komunisme itu sekuler (anti Tuhan), faham ini sangat  berbahaya dan harus dihilangkan.
Bangsa Indonesia wajib mengutamakan kemashlahatan, sebab faham komunisme lebih mengedepankan kepentingan publik, sementara hak-hak individu dikebelakangkan.
Untuk membentengi bangsa dari bahaya laten Komunis, maka salah satu metode tepat adalah lima pendekatan ushul fiqih, pendekatan secara agama, manusia, keturunan, akal dan harta.
“Komunisme tidak bias hidup di Indonesia karena tidak sejalan dengan Islam dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila,” ungkapnya.
KH Amin Munawar dalam uraiannya mengatakan, komunisme terbagi dua yakni komunisme gaya lama dan gaya baru.
“Komunisme gaya lama lebih mengedepankan kekerasan, menghancurkan sendi-sendi kehidupan dengan cara fitnah dan adu domba. Komunis gaya baru lebih soft power memakai kedok sosial,” tegas KH Amin Munawar.
  • Ida Rosidah



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ICMI Bentengi Generasi Muda dari Bahaya Komunis"

Post a Comment