TangerangSatu.com KOTA
TANGERANG SELATAN – Puluhan
orang dari berbagai elemen di Kota Tangerang Selatan, Minggu 14 Agustus 2016 mengarungi
aliran Sungai Cisadane. Ada banyak potensi yang dapat dimanfaatkan di sekitar
aliran sungai yang berbatasan serta menghubungkan tiga wilayah kabupaten/kota
di Tangerang tersebut.
Titik
lokasi start kegiatan yang mengusung
tema "Ekspedisi Cinta Sungai Cisadane" itu berawal dari wilayah
Keranggan, Kecamatan Setu, dan finish
di Kampung Aer, Kecamatan Serpong Utara. Mendayung aliran Sungai Cisadane
sejauh 14 kilometer, puluhan peserta menggunakan enam perahu karet lengkap dengan
pengaman pelampung dan helm.
Ketua
Tangsel Club, Uten Sutendi mengungkapkan tujuan mengadakan ekspedisi cinta
untuk menelusuri aliran Cisadane. Organisasi yang bergerak di bidang sosial dan
lingkungan ini memandang Cisadane memiliki potensi cukup besar bagi Kota
Tangsel.
"Kami
ingin mengajak dan melihat kepada masyarakat potensi Cisadane. Potensi itu di
miliki Tangsel dan itu perlu diakui untuk dimanfaatkan," tuturnya.
Ekspedisi
diharapkan menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat Tangsel untuk cinta terhadap
sungai, termasuk penghijauan di bantarannya. Tidak membuang sampah dan limbah
yang mencemari aliran kali.
"Kami
mengagas Tangsel Club beranggotakan para tokoh, dan pemangku kepentingan
seperti kepala dinas, termasuk juga seniman dan budayawan untuk saling
memikirkan Tangsel ke depan seperti apa," tukasnya.
Dalam
ekspedisi itu juga turut diikuti oleh pecinta lingkungan, Dik Doank. Seniman
yang tinggal di Kelurahan Sawah, Ciputat ini mengungkapkan kesadaran ini yang
harus disikapi dengan apresiasi tinggi, yaitu mengajak pada masyarakat saling
menjaga lingkungan.
"Semoga
saja usai melakukan ekspedisi mendapatkan hasil yang bisa direnungkan. Kita
telah melihat kanan dan kiri Cisadane begitu indah jika dikelola dengan
baik," katanya.
Makna
kali adalah sumber penghidupan bagi manusia. Kali teraliri air yang bisa
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, maupun habitat lain seperti ikan.
Tapi kadang bisa membuat bencana jika tidak dirawat dengan baik.
"Masyarakat
harus bersahabat dengan lingkungan sekitar, dengan kali dan alam semesta.
Karena mereka sebetulnya memberikan banyak manfaat pada masyarakat," tuturnya.
Pembina
Akademi Bambu Nusantara (ABN) yang juga Sekretaris Dinas Tata Kota Bangunan dan
Permukiman (DTKBP) Kota Tangerang Selatan, Mukodas Syuhada menerangkan dari
hasil ekspedisi akan dijadikan kajian selanjutnya. Kegiatan ekspedisi tak hanya
berhenti tanpa ada kelanjutannya.
"Hasil
penelusuran dengan waktu cukup lama di atas perahu karet akan jadi rujukan
kami. Nanti akan dipresentasikan kepada Walikota Tangsel," katanya disela
kegiatan.
Mukkodas
mengatakan, bukan hal mustahil bila kota pemekaran dari Kabupaten Tangerang ini
mengikuti Jerman ataupun negara-negara maju lainnya. Di negara tersebut aliran
sungai dimanfaatkan sebagai sarana transportasi antar wilayah.
"Di
Jerman, Belanda sudah ada jalan tol sungai (water
way). Jadi masyarakat dialihkan dalam menggunakan transportasi tidak melulu
naik mobil," katanya.
Penerapan
sarana transportasi massal perahu yang dioperasikan di aliran sungai dapat
dijadikan pilihan. Jangka panjangnya mampu mengurangi kemacetan arus lalu
lintas kendaraan pribadi yang semakin tahun terus bertambah jumlahnya.
Operasional
tol sungai, terang Mukkodas, dapat menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin
beraktivitas. Baik dari Kota Tangerang Selatan menuju Kota Tangerang dan
begitupun sebaliknya. Konsep penerapan moda transportasi tol sungai terbukti
efektif di negara-negara maju dalam mengatasi kemacetan.
"Konsep
pengembangan tata kota di sekitar aliran sungai dibuat sarana jogging track.
Program ini tentunya harus bekerjasama dengan pihak swasta, pengembang kawasan,"
terangnya.
Pembuatan
jogging track, lanjut Mukkodas, bisa tidak mengandalkan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD). Proses pembangunan fisik bisa melibatkan pihak swasta
lewat bantuan sosial dari hasil keuntungan yang diperuntukan bagi masyarakat
sekitar atau Coorporate Social
Responsibility (CSR).
"Saya
yakin kalau pakai dana CSR akan lebih cepat. Jadi tidak melulu mengandalkan
APBD. Kami melihat di berbagai negara, transportasi air jadi andalan. Tangsel
pun demikian, jika dibanding membangun jalan tol lebih baik memanfaatkan
kali," tukasnya.
Setidaknya
ada 3 tempat pemberhentian atau semacam dermaga kecil, pertama dari ujung
perbatasan Tangsel – Bogor tepatnya di Keranggan, Setu, lalu di jembatan Green Cove Serpong dan Rumah Sakit
Ashobirin, Serpong.
"Nanti
disediakan perahu kayu atau dikenal perahu jukung dengan kapasitas 12 orang
atau lebih," paparnya. Menurutnya, dalam kegiatan Ekspedisi Sungai
Cisadane itu turut bekerjasama dengan berbagai kelompok masyarakat dan para
pemangku kepentingan lainnya.
Catatan
yang akan disampaikan, garis sepadan kali akan dibuat jogging track difungsikan
bagi pejalan kaki atau pesepeda. Penataan taman supaya indah dan menarik.
"Setelah
nanti kami presentasikan, tahapan selanjutnya feasibility study kemudian melakukan detail engineering
design," tambah Mukkodas.
- Ateng Sanusih/Ida Rosidah
0 Response to "Ekspedisi Cinta Cisadane Gali Potensi Aliran Sungai"
Post a Comment