Azas Pancasila Prakteknya Neolib

Ateng Sanusih | Ida Rosidah
Ngopi Senja di Pamulang. Dari kiri Akademisi Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun, Ketua Pelaksana Badan Kaderisasi MPN Pemuda Pancasila, Direktur LBH Tridharma Yudi Rijali Muslim dan moderator.

Pasca 98, tak banyak kelompok mahasiswa yang melakukan diskusi soal Pancasila. Era kini, tampak di media massa bahwa kelompok mahasiswa lebih banyak bergerak dalam aksi yang berkaitan dengan kekuasaan.
Hal itu terkuak dalam diskusi “Ngopi Senja” di Lembaga Bantuan Hukum Tridharma Indonesia, yang dihadiri oleh sejumlah elemen mahasiswa yang ada di Tangerang Selatan dan Jakarta, Minggu 28 Februari 2016 di Pamulang, Tangerang Selatan.
“Penting bagi mahasiswa untuk menggali pemikiran founding father ketika melahirkan Pancasila sebagai azas Negara,” tegas Ketua Pelaksana Badan Kaderisasi Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila, Mbay Supriantoro.
Dalam diskusi Ngopi Senja itu, tampil yang menjadi pembicara selain Mbay Supriantoro, hadir pula akademisi dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun dan Direktur LBH Tridharma Indonesia Yudi Rijali Muslim.
Ubedilah Badrun mengingatkan mahasiswa, bahwa Pancasila jangan hanya dijadikan jargon. Hendaknya Pancasila diimplementasikan di tengah masyarakat.
“Untuk memahami Pancasila lebih dalam, mahasiswa harus mendekatkan diri kepada masyarakat, mau memahami dan mengerti kebutuhan serta kesulitan masyarakat,” ungkap Ubedilah Badrun.
Ditambahkannya, demokrasi kita sudah tak Pancasila, tapi demokrasi neoliberal.
“Kendati kita berazaskan Pancasila namun pada prakteknya sistem politik ekonomi kita neoliberal,’ tandas Ubedilah badrun.
Sementara itu Yudi Rijali Muslim menegaskan, kini Pancasila sedang dilemahkan oleh pemangku kebijakan. Untuk itu saatnya mahasiswa untuk membumikan kembali Pancasila.
“Tayangan tivi lebih banyak tidak mencerminkan Pancasila,” jelas Yudi.***


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Azas Pancasila Prakteknya Neolib"

Post a Comment