Salah satu rangkaian peringatan hari aksara internasional tingkat Provinsi Banten adalah Deklarasi Pencanangan Gerakan Banten Membaca dan Gerakan Indonesia Membaca yang diikuti oleh 30 warga suku Baduy, masyarakat pesisir dan 1.200 warga belajar keaksaraan Indonesia.
"Dengan momen yang berbahagia ini dan merespon program yang
dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi
Banten akan mencanangkan program unggulan yaitu 'Gerakan Banten Membaca' yang
tersubstitusi pada dua bidang yaitu nonformal dan informal," kata Gubernur
Banten Rano Karno pada acara Hari Aksara International tingkat Provinsi Banten,
di Pendopo KP3B Serang, Selasa (24/11).
Menurut Gubernur dalam rangka memberikan akses bacaan, mulai tahun
2016 mendatang Pemprov akan mengupayakan untuk mendirikan 1 TBM (Taman
Bacaan Masyarakat) 1 Desa. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang sudah
melek aksara tidak buta aksara kembali.
"Tentunya Gerakan Banten Membaca ini tidak akan bisa optimal
tanpa kehadiran pemangku kepentingan termasuk dukungan dari lembaga CSR (Corporate
Social Responsibility). Untuk itu kami berharap agar semua bisa
bersinergi sehingga kelak gerakan ini menjadi gerakan bersama," jelasnya.
Gubernur melanjutkan, di bidang pendidikan formal, Pemprov Banten
juga akan membuat program 'Literasi Sekolah', program ini sebagai respon dari Permendikbud
No 23 tahun 2015 yang mewajibkan membaca 15 menit bagi siswa.
"Sudah saatnya perpustakaan di sekolah menjadi jantung
pendidikan. Bahkan dikelas-kelaskita sarankan agar memiliki sudut baca
sehingga akses siswa-siswi di Banten terhadap bahan bacaan menjadi lebih
baik," ucapnya.
Menurut Gubernur, dengan berbagai skema kebijakan dan program percepatan pemberantasan buta aksara, Indonesia telah berhasil mencapai target pengentasan buta aksara. Dalam satu dekade program pemberantasan buta aksara di indonesia telah berhasil menurunkan jumlah penduduk buta aksara dari 9,55 persen atau 6,59 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 3,70 persen atau 5,9 juta orang pada tahun 2014.
Menurut Gubernur, dengan berbagai skema kebijakan dan program percepatan pemberantasan buta aksara, Indonesia telah berhasil mencapai target pengentasan buta aksara. Dalam satu dekade program pemberantasan buta aksara di indonesia telah berhasil menurunkan jumlah penduduk buta aksara dari 9,55 persen atau 6,59 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 3,70 persen atau 5,9 juta orang pada tahun 2014.
"Provinsi Banten juga turut terlibat didalam proses ini. Pada
tahun 2010 penduduk Banten yang masih buta aksara mencapai 218 ribu orang,
pada tahun 2015 ini tersisa 51 orang lagi. Ini hasil kerja keras dari Dinas
Pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota yang melibatkan partisipasi
masyarakat," sebutnya.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten Engkos Kosasih menambahkan, pada tahun 2015 ini Provinsi Banten patut berbangga karena Banten berhasil mendapatkan anugerah aksara utama dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada puncak acara Peringatan Hari Aksara Internasional di Kabupaten Karawang, Jawa Barat 24 Oktober lalu.
Selain Gubernur Banten yang meraih penghargaan, pada waktu
bersamaan TMB Sumlor Kabupaten Lebak yang dikelola oleh Ahmad Lugas juga meraih
penghargaan sebagai TMB kreatif, sementara Ismawati dari PKBM Satu Bangsa
Kabupaten Serang meraih penghargaan sebagai tutor keaksaraan dasar terbaik.
"Tiga penghargaan yang sangat prestisius dibidang pendidikan
nonformal ini menjadi tonggak kebangkitan sekaligus komitmen Pemprov Banten
dalam menjalankan percepatan pembangunan pendidikan," kata Engkos.
- Ateng Sanusih | Ida Rosidah
0 Response to "GERAKAN BANTEN MEMBACA: TIAP DESA SATU TBM"
Post a Comment