Fenomena Taksi Online, Regulasi seharusnya tidak boleh menghambat Perkembangan Teknologi


Pada dasarnya teknologi hanyalah sebuah alat bantu dan tujuannya sering lebih kepada hal positif. Namun jika tidak diantisipasi dengan bijak, perubahan yang terjadi dengan pemanfaatan teknologi bisa menjadi tidak terkendali dan meresahkan.


Teknologi memang selalu mengedepankan inovasi yang berbasis efisiensi dalam segala aspek operasionalnya. Penghematan waktu, proses, biaya sampai tenaga pelaku  menjadi ukuran utama.

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana dulu Kodak berjaya sebagai produsen kamera analog dan pemain dominan dalam dunia fotografi. Seiring berjalannya waktu, Kodak tenggelam karena tidak cepat mengadaptasi bisnisnya dengan kehadiran teknologi kamera digital.

Pemilik usaha konvensional mungkin sudah lama dilanda kegelisahan melihat iklim persaingan usaha yang semakin ketat. Persaingan bukan hanya datang dari sesama pengusaha sejenis, melainkan datang juga dari pemain baru yang menggunakan teknologi sebagai tulang punggungnya.

Pada awalnya semua pebisnis merasa yakin akan selalu menjadi pemain dominan dan tak terkalahkan karena tingginya penerimaan dan susahnya mengubah perilaku masyarakat. Namun hal itu saat ini tidak berlaku lagi seiring semakin tingginya penetrasi internet dan telepon pintar di masyarakat.

Perusahaan taksi boleh saja berkeluh kesah tentang keberadaan layanan jasa angkutan berbasis aplikasi. Tapi yang namanya teknologi dan kemajuan zaman tak bisa dibendung. Apalagi masyarakat sudah menjatuhkan pilihan.

Sejumlah alasan memang dikemukakan para sopir taksi ini. Mulai dari berbagai perizinan KIR sampai SIM hingga pelat kuning membuat mereka tak bisa perang harga dengan pelat hitam yang tak repot dengan aneka perizinan.

Tapi lebih dari soal izin itu, para armada taksi juga mesti introspeksi diri. Para pengguna layanan aplikasi teknologi memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan.

Protes yang menimpa Uber dan Grab menurut saya bukan semata disebabkan sopir taksi yang mulai merasa terganggu mencari nafkah melainkan perusahaannya. "Perusahaan taksi memilih tidak berkompetisi sama sekali dan tidak ada perubahan, suka begitu begitu saja,"

Sayangnya yang sekarang menonjol adalah pertempuran pendapat antara yang berpihak kepada efisiensi akibat pemanfaatan teknologi melawan aturan atau regulasi yang disepakati secara umum. 

Sekilas memang aspek legal yang menjadi panglima, tapi kenyataan dilapangan bisa berbeda. Efisiensi lebih menjadi ukuran final. Bukankah Konsumen adalah 'Raja'?

Bila fakta hari ini regulasi yang dibenturkan untuk membendung inovasi di Indonesia, maka pertanyaannya adalah apa dampaknya? Siapakah yang sebenarnya diutamakan dalam masalah ini? 

Hanya supir taksi sajakah? Atau berpusat kepada pelanggan taksi yang jumlahnya jauh lebih banyak dan sebagai konsumen berhak untuk memilih layanan yang disukai? Jika benar akan ada upaya pemblokiran terhadap aplikasi sejenis ini, apakah ini tidak merugikan pelanggan secara umum? Mengapa harus bayar mahal kalau bisa murah? Mengapa pelanggan tidak berhak memilih yang disukai walaupun ada resiko tertentu didalamnya.

Ini butuh analisa dan kebijakan yang tepat, jangan mengandalkan pada asumsi. Tapi kebijakan harus dapat diperoleh dengan berpijak pada data dan fakta yang terjadi di lapangan. Pemerintah juga tidak bisa berlama-lama diam melihat kemajuan jaman, harus secepatnya mengambil kebijakan yang tidak hanya memihak satu sisi. Karena jika kebijakan yang dilakukan adalah keberpihakan, maka ujung-ujungnya konsumen yang akan menjadi korban.

Kecepatan dan pemikiran masa datang yang harus dijadikan pegangan dalam pengambilan kebijakan. Kecepatan akan menjadikan wilayah abu-abu dapat teratasi dan pelaku bisnis memiliki pegangan yang pasti.

Bagi pemain baru yang datang dengan platform teknologi juga harus memastikan bisa menjalankan bisnisnya dengan mengikuti dan taat terhadap kebijakan yang sudah ada.Berikan layanan yang terbaik bagi pengguna, jangan pelaku usaha yang memanfaatkan teknologi sebagai tulang punggung juga harus kooperatif dengan tidak hanya memanfaatkan wilayah abu-abu.

Teknologi tidak bisa dibatasi, kehidupan kita yang akan semakin tergantung dengan teknologi. Ini lah efek dari modernisasi.


Ditulis Oleh   Dodi Prasetya Azhari , Ketua Umum Suara Kreasi Anak Bangsa ( SKAB ) 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Fenomena Taksi Online, Regulasi seharusnya tidak boleh menghambat Perkembangan Teknologi"

Post a Comment