Upaya Mempopulerkan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Internasional





Oleh; Aida Nur’ainun.

Bahasa Arab dalam kegunaannya sama dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia, berfungsi sebagai alat komunikasi guna menyampaikan ide-ide serta perasaan. Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab mendefinisikan; bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.


 

Bahasa Arab adalah satu-satunya bahasa agama yang sekaligus diakui sebagai bahasa internasional oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak Januari 1974. Bahasa Arab (al-lughah al-‘Arabīyyah atau ‘Arabī) adalah salah satu rumpun bahasa Semit (Samiyah) dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami.

Bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan atau bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara, dan bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut. Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini dan masa-masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Qur`an turun dan menggunakan bahasa ini.

Selanjutnya Sayyid Ahmad Al Hasyimi dalam Qowa’idul asasiyah lillughotil arobiyah membagi bahasa Arab dalam dua mazhab yaitu mazhab Kufiyah dan Bashriyah, karena bahasa Arab berkembang di dua kota besar Kufah dan Bashrah. Ulama dari Basrah yang terkenal adalah Sibawaih dengan nama lengkapnya ‘Amr ibn Utsman Ibn Qunbar dan Abdullah bin Abu Ishak. Sedangkan ulama dari kufah adalah Al-Kisa’i dengan nama lengkapnya Abu Hasan Ali ibn Hamzah dan Al-Fara’ nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya ibn Ziyad ibn Abdullah ibn Marwan ad-Dailumiy.

Upaya-upaya mempopulerkan bahasa Arab dalam dunia pendidikan, kehidupan sosial-politik, ekonomi dan perdagangan hingga dunia ilmu pengetahuan, masih menemui jalan buntu. Padahal bahasa Arab memiliki karateristik yang unik dan universal. Dalam penggunaannya bahasa Arab dapat menunjukan stratifikasi sosial ekonomi penuturnya, dan juga dapat menunjukkan integritas kepribadian setiap individu masyarakat.

Prof. Dr. Saidun Fiddaroini, MA mengidentifikasi adanya upaya strategis melemahkan bahasa Arab bermula di Eropa tahun 1943M, yang merencanakan adanya kesan bahwa bahasa Arab itu sukar. Pada tingkat permulaan sudah langsung diajarkan materi yang diambil dari kitab-kitab yang oleh orang Arab sendiri dianggap sukar dipahami, seperti Al-Bayan wa al-Tab-yin, Al-Hayawan al-Kamil, Asror al-Balaghoh, Al-Mu-'allaqot al-Sab'u. Metode pembelajarannya sangat tradisional, dimulai dengan hafalan kaedah-kaedah nahwu dan sharaf. Al-Hadidi dalam Saidun Fiddaroini menyitir kitab Musykilah Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyah li Ghoiri al-‘Arab menyatakan, para peminat bahasa Arab, dari kalangan pelajar Muslim serempak meninggalkan pengajaran tersebut.

Dipertengahan abad modern upaya mempopulerkan kembali bahasa Arab oleh para intelektual Muslim Mesir hingga kinipun masih menemui kesulitan. Kewajiban semisal menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di sekolah dan di perguruan tinggi, menghidupkan kosakata asli dari bahasa fusha (bahasa yang tertulis dalam al-Quran) dan penerbitan serta pencetakan buku-buku, sastra Arab dan kamus bahasa Arab dari segala zaman, juga menemui beragam kesulitan. Seolah bahasa Arab menjadi bahasa usang yang tidak cocok digunakan oleh generasi kekinian.

Keluhan tentang kesulitan pembelajaran bahasa Arab pada lembaga formal di Indonesia tidak hanya dialami oleh siswa dan mahasiswa, bahkan oleh guru yang mengajarkan bahasa Arab. Sehingga semakin marak didengar sulitnya mempelajari bahasa Arab.

Ironinya - - dalam perkembangan ilmu pengetahuan, bahasa Arab telah melahirkan ilmu-ilmu yang sangat penting dipahami. Seperti yang dinyatakan oleh Said Fuad;  bahsa Arab telah melahirkan Ilmu al-Lughah/linguistic-lexicologi yaitu ilmu mengurai kata-kata (lafaz) Arab beserta maknanya; Ilmu nahwu/grammar-syntax yaitu ilmu yang membahas perihal kata-kata Arab, baik sendiri (satu kata) maupun ketika terangkai dalam kalimat. Kegunaannya adalah untuk mengetahui i’rab baris akhir kata (kasus), kata-kata yang tetap baris nya (mabni), dan kata-kata yang dapat berubah (mu’rab). Selanjutnya lahirnya ilmu sharf/morphology (bentuk asal kata); ilmu isytiqaq/etymology (asal kata dan pemecahannya); ilmu al-‘Arudh/metrics/ prosody/poetics (ilmu tentang karya satra, syair dan puisi); ilmu Qawafi/rhyme (ilmu yang membahas suku kata terakhir dari keindahan syair); ilmu Qardhus Syi’ri/versification(ilmu tentang lirik); dan ilmu khat/calligraphy (seni menulis yang indah).

Maka menjadi keniscayaan bagi sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, untuk mempopulerkan kembali bahasa Arab agar siswa memiliki kemahiran berbicara (maharah al-kalam), kemahiran mendengar (maharah al-istima’), kemahiran menulis (maharah al-kitabah), dan kemahiran gramatika (maharah alqowa’id). Kemahiran-kemahiran tersebut harus dimulai dengan latihan oral (syafawiyah) guna menghasilkan penuturan yang benar (al-nutqu al-shahiih),  baik dalam menuturkan kata-kata sederhana berupa kata benda (isim) atau kata kerja (fi’il), maupun penuturan kalimat sederhana, materi menulis dan materi gramatika. Langkah selanjutnya dapat dikembangkan melalui latihan-latihan pendengaran (ear training) bunyi, latihan pengucapan bunyi, diteruskan kemudian oleh kata, kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang atau dikenal juga dengan istilah oral method (syam’iyah syafawiyah).

Diharapkan kemudian bahasa Arab dapat dipopulerkan serta digunakan untuk mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena pada dasarnya keterampilan berbahasa Arab itu hanya ada dua, yakni keterampilan menyimak/mendengar dan berbicara.

Nyatanya memang sesederhana itu untuk memiliki keterampilan berbahasa Arab, dan secara faktual bahasa Arab memang bahasa yang sangat populis dan mudah dipelajari. Tingkat kesulitannya bukan pada faktor linguistic dan grammatical, tetapi lebih kepada rendahnya tingkat polpularitas bahasa Arab dibanding bahasa asing lainnya.
Misalnya ditingkat lembaga pendidikan menangah dan atas (MI, MTs sampai Madrasah Aliyah), berbagai inovasi dan kreatifitas oleh guru-guru bahasa Arab sudah sering diupayakan agar bahasa Arab menjadi elemen penting dari kebutuhan keterampilan berkomunikasi siswa. Upaya mempraktikan azas "students learn to understand the language by listening to a great deal of it and that they learn to speak is by speaking it" oleh guru bahasa Arab seolah membentur dinding keras, pelajaran bahasa Arab terasa sulit membangkitkan gairah belajar siswa. Bahasa Arab masih dianggap bahasa yang tidak semodern bahasa asing lainnya. Terbentuk asumsi bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang tidak mampu memiliki nilai bisnis dan ekonomi.

Membangkitkan kembali gairah mempelajari bahasa Arab harus dilakukan secara simultan dalam satuan pendidikan, jenjang pengajaran bahasa Arab dari tingkat MI/SD, MTs/SMP dan MA/SMA, perlu melibatkan institusi pendidikan tinggi guna menopang kesinambungan pengajarannya. Salah satu perguruan tinggi yang gigih mempopulerkan kembali bahasa Arab adalah fakultas agama Islam universitas Muhammadiyah Tangerang. Jalinan komunikasi tersebut diharapkan dapat mempopuerkan kembali bahasa Arab sebagi bahasa internasional. Wasssalam.***

  Penulis adalah guru bahasa Arab pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Tangerang, Cimone-kota Tangerang


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Upaya Mempopulerkan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Internasional"

Post a Comment